Memakan Korban; Masih Berkoar kah Antivaksin?
Beberapa bulan yang lalu, Indonesia dihebohkan dengan
suatu vaksin, yang bisa dikatakan vaksin itu dapat mengantisipasi penyakit
Rubella dsb. Masyarakat awalnya masih mau menggunakan vaksin tersebut, namun
beberapa minggu setelah imunisasi baru berjalan setengah jalan, masalah itu
muncul. Fatwa haramnya vaksin Rubella tersebut yang disampaikan oleh komisi
fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dilansir dari https://nasional.tempo.co (20/08) MUI menetapkan penggunaan vaksi
Measles Rubella (MR) untuk imunisasi, haram.
Atas fatwa tersebut, banyak orang tua yang takut
anaknya diimunisasi. Padahal, di berbagai sekolah, terutama Sekolah dasar (SD)
dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) banyak dilakukan imunisasi yang
dielenggarakan oleh Dinas Kesehatan setempat bersama Dinas Pendidikan. Banyak
orang tua takut akan ketidakhalalan vaksin tersebut. Akibat dari ketakutan para
orang tua siswa, ada sekelompook orang yang mengkampanyekan seruan “Antivaksin”.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi?
Antivaksin menolak pemberian vaksin, baik kepada
dirinya ataupun kepada keluarganya. Mereka sering beranggapan bahwa bahan dasar
dari vaksin tersebut tidak jelas, dan bisa jadi haram. Tidak bisa dipungkiri
kalau ada beberapa vaksin yang bahan dasarnya atau media hidupnya berasal dari yang
Haram. Karena banyak dari vaksin yang masuk ke Indonesia itu berasal dari luar
negeri, khusunya Negara nonmuslim. Produsen vaksin, terutama vaksin MR yang
dikutip dari www.viva.co.id (14/08), berasal dari Serum Insitute of
India (SII), dan telah mendapat rekomendasi Badan kesehatan Dunia atau WHO. Jadi
selayaknya kita cukup agak resah, yaa memang produsennya saja dari Negara nonmuslim,
jadi mungkin wajar saja bila bahan dasarnya bisa jadi haram.
Balik lagi ke Indonesia, akibat dari banyaknya
masyarakat yang tidak diberi vaksin MR, ada beberapa kasus terkait dengan
mewabahnya virus tersebut. Salah satunya yang saya temui adalah kasus di
Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Kubu Raya. Dilansir dari pontianak.tribunnews.com , Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Kubu Raya, Berli Hamdani menegaskan Kubu Raya sudah darurat
Rubella. Dari penuturannya, saat diambil sampel di semua kecamatan yang
berjumlah 50 sampel, didaptkan masyarakat yang positif Rubella.
Melihat kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa, kaum
Antivaksin harusnya lebih rasional untuk melihat keadaan. Orang yang tidak
ingin mendapatkan penyakit harusnya sudah melakukan pencegahan, walaupun bahan
dasarnya haram dan itu hanya satu-satunya jalan untuk pencegahan dan terdesak
keadaan. Dengan pemberian vaksin juga, dapat meminimalisir wabah virus tersebut
agar tidak menyebar dan menjangkit orang lain. Harusnya kaum antivaksin juga
sadar akan bahaya yang nantinya menimpa mereka. Bukan menakut-nakuti tapi lihat
keadaan sekitar. Masih kah kalian berkoar-koar untuk mengajak orang lain untuk
tidak menggunakan vaksin dengan melihat korban yang sudah terjangkit?
Foto : http://www.suarapemredkalbar.com
Komentar