Daging Laboratorium Penyelamat Masa Depan
Ketika manusia dihadapkan dengan situasi dilanda masa
paceklik, dan dimana-mana terjadi kelaparan, dan manusia tak ada pasokan
makanan untuk bertahan hidup. Mungkinkah manusia akan mengalami kepunahan
dikarenakan kelaparan yang sangat parah? Semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan, mulai banyak peneliti yang mengembangkan suatu penemuan diluar
dugaan.
Dahulu, orang ketika ingin menyimpan makanan untuk
lebih lama, mereka bisa menyimpannya di dalam kulkas. Kemudian, ada juga yang
menyimpan di dalam suatu wadah, seperti daging sapi ataupun daging ikan sarden
yang disimpan di dalam kaleng seperti yang dijual di supermarket dan warung.
Namun, itu jika ada bahan dasarnya seperti daging ataupun bahan makanan
lainnya, tapi jika kembali ke bahasan di awal, manusia bisa apa? Oleh sebab
itulah yang menjadi dasar beberapa peneliti mengembangkan terobosan baru untuk
menuntaskan permasalahan ini.
Dilansir dari https://sains.kompas.com pada bulan Agustus 2017, pendiri perusahaan Virginia
Group, Richard Branson menulis di situs perusahaannya bahwa ia telah
menginvestasikan kekayaannya di salah satu start
up yang berkecipung di bidang pertanian, yaitu Memphis Meats. Investasi
tersebut digunakan untuk penelitian sekaligus produksi bahan makanan berbahan
dasar sel punca hewan, seperti daging ayam, sapi, dan bebek. Kemudian Branson
juga menjelaskan bahwa penggunan teknologi untuk kebutuhan pangan sangat
penting, melihat dengan adanya teknologi ini akan menyelamatkan lingkungan.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau FAO,
untuk memproduksi pakan ternak perlu 26 persen lahan Bumi, sementara 13 miliar
hektar tanah hancur digunakan untuk lahan pertanian dan padang rumput tiap
tahunnya.
Sebelumnya, Pertanian Seluler dari hewan untuk
mengembangkan daging laboratorium ini telah sukses dilakukan sejak tahun
1990-an. Dilansir dari https://tirto.id , saat itu para ilmuwan tengah mengembangkan sejumlah
kecil jaringan hewan yang mampu untuk dimasak. Selanjutnya NASA pada tahun 2001
melakukan eksperimen serupa dengan menggunakan
jaringan yang berasal dari kalkun. Kemudian pada tahun 2002 NSR/Touro
Applied BioScience Research Consortium mengembangkan daging buatan yang dapat
dimakan untuk pertama kalinya dengan menggunakan sel-sel ikan mas untuk menjadi
daging laboratorium yang menyerupai fillet ikan. Pada tahun 2004 Matheny
mendirikan New Harverst, suatu organisasi nirlaba yang berfokus pada daging
laboratorium pertama di dunia. Setiap tahun selalu mengadakan konfrensi khusus
membicarakan perkembangan daging laboratorium bersama para pakar. 2012 menjadi
tahun dimana produksi daging laboratorium berkembang dimana-mana.
Biaya produksi awalnya memakan $330.000 untuk sepotong
daging burger yang berasal dari daging laboratorium pada tahun 2013. Menejelang
tahun 2018 lalu, ada beberapa kabar yang menyebutkan bahwa harga produksi untuk
daging laboratorium menurun. Memphis Meats pernah membuat bakso dari daging
laboratorium dengan biaya produksi $18.000 per pon.
Melihat dari segi kesehatan, menurut Food and Drug
Administration atau BPOMnya Amerika Serikat berpendapat bahwa daging
laboratorium aman untuk dikonsumsi dengan aman jika diproduksi sesuai dengan standar.
Selebihnya, ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa daging laboratorium
aman dari antibiotik. Hal tersebut membawa kabar gembira bagi orang-orang yang
mengingkan daging bebas hormon.
Bila dilihat dari segi kehalalan, menurut Lembaga
Islami di Orange Country, California, bahwa tidak keberatan dengan daging
tersebut. Kemudian menurut Abdul Qahir Qamar yang merupakan akademisi yang
berasal dari Akdemi Internasional Fiqih Islami di Jeddah, Arab Saudi, bahwa
daging laboratorium ini tidak dianggap sebagai daging dari binatang hidup.
Selama tidak berasal dari daging anjing dan babi.
Komentar